Wednesday, September 2, 2015

12:48 AM

Pengalaman pertama bermain trisome bersama tante-tante

Tante Marni dan Tante Dwi
Hari Jumat itu aku misalnya biasa berenang sendiri. Sehabis melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang terdapat pada kolam renang. Langit telah mulai gelap dan lampu-lampu pada sekitar kolam renang telah mulai dinyalakan. Akan tetapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.
Tak berapa lama kulihat seseorang wanita berrambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun telah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat & sexy. Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih relatif kencang dan menurutku tak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda. Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik...Ah.. Cita rasanya aku kenal wanita itu... Bila tak salah dia Tante Marni, teman klub aerobik Tante Lani bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu yang kemudian. Pantas saja tubuhnya sexy.... Sehabis meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat pada seberangku. Lalu perlahan dia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Waktu beliau berenang pada depanku, kuberanikan memanggil namanya, "Tante Marni..." perempuan   itu berhenti & berbalik menatapku.

"Hey... Doni ya... Sama siapa berenang?" tanya Tante Marni sambil mencubit lenganku.

"Biasa tante... Sendirian aja, tante sama siapa?"

"Oh, sama Dwi sahabat kantor tante... Akan tetapi kayaknya beliau masih pada kamar ganti tuh...Soalnya tadi tasnya ketinggalan pada kendaraan beroda empat... Nah itu beliau baru tiba, tante kenalin yaaa..."

Tampak seorang perempuan  , terlihat masih muda dan tidak mengecewakan manis mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi misalnya Pamela Anderson pada film serial TV "Bay Watch". Tante Marni lalu naik ke pinggir kolam & bergegas menghampiri perempuan   tadi. Tidak lama kemudian kedua wanita itu balik  masuk ke kolam renang.

"Wi.. Ini kenalin... Doni, Don... Ini kenalin..Dwi, teman kantor tante," sembari mengulurkan tangannya Dwi tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya manis sekali. Akupun mengungkapkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya. Sesudah berbasa-basi sebentar Dwi berpamitan buat berenang beberapa keliling, lalu aku & Tante Marni mengikutinya. Sebenarnya aku telah relatif lelah sehabis berenang sebelumnya, akan tetapi kebersamaan dengan Tante Marni dan Dwi kayaknya sayang jika dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak seberapa. Sesudah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.

"Doni.. Kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Lani lagi?"

"Lho... Aku  khan sudah nggak kos di tempat Tante Lani..."

"tapi tante dengar engkau  masih suka ketemu dengan Tante Lani, iya khan..?" Tante Marni mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal. Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.

"Tante Lani suka cerita tentang engkau  lho...Hmm.. Bikin kita-kita bertanya-tanya deh," Tante Marni menarik hati lagi, kini tangannya mencubit perutku.

"Aduh... Sakit tante...," kataku pura-pura kesakitan. Dwi yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.

Tante Marni merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Dwi, kamu kenal dengan Lani teman aerobikku khan..? Doni ini dulu kos di tempat Lani & semenjak itu si Lani bisa jadi betah banget pada tempat tinggal   jikalau Doni lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja beliau dengan si Doni ini," Tante Marni tertawa genit sambil melirikku. Dwi hanya tersenyum-senyum saja memandangku.

"Ah... Ati-ati Teh Marni... Mahasiswa kini   memang nakal-nakal....!!"

Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku merasa kegenitan Tante Marni sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai memberanikan diri memegang & meremas-remas pantat Tante Marni dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Marni... Syukurlah beliau diam saja & membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya aku & Tante Marni yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terperinci & kami berendam sebatas leher sebagai akibatnya apapun yang diperbuat tangan-tangan kami pada bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Dwi kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi beliau pura-pura tidak memahami & dengan sengaja berenang menjauhi kami.

Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku & tidak terdapat lagi orang lain pada dekat kami, Tante Marni semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Marni mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Marni tersenyum nakal.

"Oh, ini rupanya yang bikin Tante Lani lupa sama suaminya." Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Marni sebagai akibatnya membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Marni dan kurasakan gundukan yang lembut & hangat pada antara kedua pahanya. Ekspresi Tante Marni sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat & matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.

"Ssstop Doni... Jangan disini... Kita ke hotel aja... Mau?" kata Tante Marni setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk putusan bulat.

"akan tetapi Dwi gimana tante.... Masak ditinggal?"

"damai aja, itu urusan tante... Engkau  naik dulu... Tante mau bicara sama Dwi."

Aku bergegas naik dan mengambil handuk dan  sabun buat mandi. Saat aku pulang ke kolam renang tampak Dwi dan Tante Marni telah duduk pada kursi sambil mengenakan handuk.

"Doni, keberatan nggak kalau Dwi ikutan acara kita?" tanya Tante Marni sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.

"Terserah Dwi aja, Doni sih nggak keberatan tante..." kataku. "Iiih... Emangnya acara apaan sih...?" tanya Dwi, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak memahami aku tidak peduli, yang kentara malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Marni yang sexy. Belum terbayang bagiku bagaimana bila nanti Dwi ikut bergabung, aku belum pernah mililiter dengan lebih dari satu wanita sekaligus.

Kutitipkan motorku pada tempat kerja Satpam, kebetulan sebab telah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Marni. Tidak berapa lama kemudian kami hingga di Lembang dan Tante Marni kemudian mengajak kami untuk makan malam pada sebuah rumah makan. Sehabis selesai makan Tante Marni membeli beberapa kaleng arak, softdrink dan makanan kecil, "buat bekal sampai pagi cukup nggak..." tanya Tante Marni sembari tersenyum nakal. Aku mengangguk putusan bulat sementara Dwi masih pura-pura tidak memahami apa yang terjadi.

Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel mini   yang cukup bagus pada sekitar Lembang, lokasinya lezat dan aman buat berselingkuh karena kendaraan beroda empat dapat langsung parkir pada garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang buat tempat perselingkuhan, entahlah.....

"Eh.. Seperti yang aku bilang tadi.... Kalau kalian mau ml aku nggak ikutan yaa... Aku cuma nunggu kalian pada kendaraan beroda empat aja."

"Aduh Dwi... Kami nggak tega ninggalin kamu pada kendaraan beroda empat. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Jika nggak mau ikutan kami mililiter jua nggak apa-apa, that's your choice honey... Kamu bisa nunggu di ruang tamu sembari minum minuman beralkohol. Atau bila perlu dapat kami pesankan "extra-bed". Gimana..?" tanya Tante Marni. Dwi akhirnya mengangguk putusan bulat.

"OK aku di ruang tamunya aja... Tapi kalian jangan ribut ya.... Nanti aku nggak dapat tidur."

Aku pikir Dwi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut mililiter, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa beliau tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari dalam tidur di kendaraan beroda empat ataupun pada kamar sementara kami asyik bercinta hingga pagi. Aku rasa Dwi ini sebenarnya mau tapi malu sebab baru kenal denganku beberapa jam yang kemudian, jadi kupikir bagus jua kalau aku sengaja memancing-mancing & mengambil inisiatif agar beliau mau ikut. Setidaknya dengan cara itu beliau tidak harus merasa memalukan jika "terpaksa" ikut bergabung. Hmm... Bila Dwi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku mililiter dengan dua perempuan   sekaligus.

Kamar hotel yang dipesan Tante Marni cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan akan tetapi antara tempat tidur & ruang tamu dipisahkan sang tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur sempurna akan terdengar di ruang tamu. Dwi merebahkan dirinya di kursi sofa.

"Selamat mililiter yaa... Aku mau disini aja menikmati minuman memabukan & tidur nyenyak."

sampai pada kamar Tante Marni mematikan lampu kamar & hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku pribadi merebahkan diri pada tempat tidur. Tante Marni kemudian mengikuti & berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Marni, bibir kami saling memagut & pengecap kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba & meremas wilayah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh... Rupanya Tante Marni telah tidak mengenakan BH lagi sebagai akibatnya tanganku dengan mudah eksklusif meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku buat meremas penisku yang telah menegang sejak tadi. Selesainya beberapa saat kami bergumul & saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt & celana jeansku sementara Tante Marni pula mulai melepas pakaiannya satu per satu.

Akhirnya kami berdua berbaring pada atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun.

"Tante Marni... Tante sexy sekali...," kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik agar Dwi dapat ikut mendengar.

"Ah... Engkau  bisa aja," tampak wajah Tante Marni memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Marni jua tampaknya mengerti maksudku sebagai akibatnya diapun tak berusaha mengecilkan suaranya.

"Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Marni malam ini sepuas-puasnya... Lampunya Doni nyalain aja yaa..."

"Iihh... Tante membuat malu ah... Khan udah nggak muda lagi..."

"tapi tante masih sexy banget lho... Swear deh.... Doni benar -benar  terangsang."

"Terserah Doni bila gitu... Emangnya Doni mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala..."

"Doni mau menikmati tubuh Tante Marni yang sexy ini hingga puas, Doni mau menikmati buah dada tante yang mengagumkan, Doni mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat klitoris tante, Doni pengen liat seluruh bagian dalam vagina tante. Boleh khan...?" kataku merayu sembari menyalakan lampu kamar.

"Tentu boleh aja sayang...., malam ini tante jadi milik engkau . Doni boleh liat apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun... Pokoknya boleh ngapain aja... Sesuka engkau  sayang..... Tapi sebaliknya Doni jua jadi milik tante malam ini yaa.... Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Doni...Gimana?" tanya Tante Marni sambil mendorongku ke tempat tidur.

Mulailah Tante Marni menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Marni relatif ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya buat dihisap.

"Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri... Tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras misalnya ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini pada dalam punya tante...." celoteh Tante Marni sambil terus menjilati kepala penisku. Dimasukkannya pulang penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow... Cita rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.

"Oohh... Tante... Enak banget tante....Mmhh... Isep terus tante...," aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan keinginan supaya Dwi terpancing buat ikut bergabung.

Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku dapat meraba & meremas payudara Tante Marni sementara beliau tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membentuk Tante Marni makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku. "Mmhh....Mmhh....." Tante Marni mulai mendesah-desah menahan nikmat. Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah sang lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Marni& masuk ke dalam belahan bibir vaginanya. Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah sang lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Marni sementara bunda jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Marnimenggelinjang keenakan.

"Ah... Doni.... Mhh.... Masukin sekarang sayang... Tante udah kepengen ngerasain penis Doni di dalam vagina tante," katanya sembari melepaskan penisku dari mulutnya.

Tante Marni lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sembari membuka kedua pahanya buat mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dwi. "Sabar dulu ya tante... Doni pengen banget jilat vagina tante...Doni nggak tahan liat vagina tante terbuka misalnya itu... Boleh....?" "Terserah Doni sayaang.... Tante udah kepengen banget hingga puncak...." Pantat Tante Marni kuganjal dengan bantal sebagai akibatnya aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Marni begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun telah punya 2 anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya.

Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Marni, mulai dari klitoris, bibir vagina, sampai lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Marni meremas rambutku & terus mendesah menahan nikmat.

"Oohh... Oohh... Mmhh... Doni.... Mmhh... Adduhh...." bunyi Tante Marni makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seseorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut ambil bagian buat masuk ke dalam liang vagina Tante Marni, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.

"Aaahh... Donii... Tante nggak tahan Don.... Adduuh..." desahannya makin tidak terkendali & tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang. Sepertinya tidak berapa lama lagi Tante Marni akan mengalami orgasme.

Sementara itu kurang jelas kulihat bayangan di ruang tamu mulai berkecimpung, ah... Rupanya Dwi mulai terpancing buat melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.

"Doni... Doni... Mmhh... Tante nggak tahan lagi... Tante udah mau keluar.... Mmhh.... Ahh...Aahh...," akhirnya seluruh tubuh Tante Marni menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Marni mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam & lisan terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Marni perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya selesainya beberapa ketika terbuai oleh kenikmatan orgasme.

"Doni... Enak sekali orgasmenya... Mmhh... Tante sampe lemes.... Cita rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua...."

Aku hanya tersenyum. "Gimana tante... Udah siap lagi....," tanyaku menggoda.

"Bentar lagi ya Don... Badan tante masih lemes.... & lagi rasa enaknya masih belum hilang...."

Sementara itu kulihat Dwi sudah berdiri pada samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.

"Dwi, jikalau mau gabung kesini aja... Nggak apa-apa kok," kataku memancing-mancing.

"Iih... Enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ml aja kok, soalnya suaranya seru banget sih... Sampe Dwi nggak dapat tidur."

"Iya Dwi... Sini aja lah..., ngapain kamu berdiri pada situ... Duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas bila emang mau liat kita ml," Tante Marni ikut menimpali. Dwi kelihatan masih malu-membuat malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.

"tapi kalian nggak apa-apa kalau Dwi ikutan ngeliat di sini...?" tanyanya sembari duduk pada kursi.

"Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih suka  lagi bila engkau  pula mau ikutan ml dengan kami, iya khan Don...... Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal engkau  jua nggak cerita ke suamiku," kata Tante Marni sembari melirikku dan aku mengangguk mengiyakan. Wajah Dwi tampak merah, "Ah.. Dwi cuma mau liat kalian aja dulu...." betul dugaanku, sebenarnya Dwi mau ikut bergabung hanya saja ia masih memalukan-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.

Sementara itu Tante Marni sepertinya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat pada selangkangannya.

"mari sayang... Kita lanjutin lagi.... Sekarang punya kamu wajib  dimasukkin ke sini ya...Tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu..." Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Marni dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Marni mulai menggeliat-geliat pulang.

"Ah... Doni... Tante jadi konak lagi... Punya engkau  masukin ya.... Kini   sayang... Sekarang... Tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini..." Tante Marni terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras. Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Marni sebagai akibatnya bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki.

Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Marni yang sudah siap menanti sejak tadi, &... Blesss... Dengan sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya. "Aahh..." teriak Tante Marni sambil meningkatkan pinggulnya buat menyambut penisku. Rupanya Tante Marni telah sangat terangsang & bernafsu sebagai akibatnya sekalipun beliau berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang bertenaga sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap.

"Aduhh.. Doni... Penismu sampai ke ujung... Lezat   banget....Mmhh... Terus sayang... Tusuk yang bertenaga sayang... Tante suka.... Mmhh... Mmhh.... Mmhh... Mmhh ...Mmhh .." Tante Marni terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku. Bunyi kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Marni & bunyi derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Marni tidak akan bertahan lama.

Beberapa ketika kemudian Tante Marni minta ganti posisi, dia ingin berada pada atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Marni memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup sang lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Marni lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama makin cepat & desahannya makin keras, "Mhh... Mmhh.. Mmhh...." aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seseorang wanita seganas Tante Marni. Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Marni, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Marni dengan sigap memasukkan kembali. & akhirnya tidak sampai 3 mnt Tante Marni pada posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali....

"Aduh... Tante mau keluar lagi sayang... Aduuh... Mmhh... Mmhh... Mmhh... Aahh!" Tante Marni menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku & kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku hingga aku bisa merasakan ujungnya.

Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas & intens. Seganas-ganasnya Tante Lani, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Marni. Tidak berapa lama kemudian Tante Marni terkulai lemas pada dadaku. Aku melirik ke arah Dwi, kulihat beliau mulai terangsang hebat melihat "live-show" pada depan matanya... Duduknya serba gelisah & tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi cita rasanya jua tidak lama lagi. Permainan liar Tante Marni mau tak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga. Kalau aku kini   mengajak Dwi buat mililiter pasti aku tidak akan mampu bertahan lama, jadi kuputuskan buat merampungkan ronde pertamaku dengan Tante Marni saja. Sesudah Tante Marni mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sebagai akibatnya beliau pulang dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.

"Doni... Tante masih lemes... Sabar sayang.... Sementara waktu lagi.... Mmhh... Mmhh..." Tante Marni mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak relatif kuat, lagi jua hanya berselang beberapa detik kemudian sepertinya Tante Marni telah mulai terangsang lagi. Apalagi sesudah pendengaran & lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari laki-laki , mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat.

Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Marni.

"Doni... Kamu nakal sekali... Mmhh... Mmhh .... Dasar anak muda..... Mmhh... Adduuh sayang... Nanti Marni bisa keluar lagi.... Mmhh... Doni... Aduuhh...Mmhh... Tante jadi konak lagi... Aahh... Kamu ganas sekali...." kurasakan pinggul Tante Marni yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Marni menyentak ke atas sebagai akibatnya penisku masuk semakin dalam. Gerakannya yang pulang ganas menghasilkan ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku supaya bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.

"Tante... Udah mau keluar belum.....?"

"Mmhh... Iya sayang.... Tante udah mau keluar lagi.... Mmhh ...Mmhh..."

"sekarang kita barengan ya... Doni juga udah mau keluar...." "Hmmhh....... Keluarin aja sayang... Keluarin semuanya di dalam.... Tante siap menampung.... Tante udah nggak tahan sayaang.. ... Tusuk tante yang bertenaga....... Mmhh.... Uuh... Cita rasanya penis kamu makin besar..... Dorong yang bertenaga sayang..... Iya... Misalnya itu sayang... Iya... Masukin yang dalam...Mmhh... Adduuh... Tante keluar lagi.... Aahh...Aagh....!!"

"Tante... Mmhh... Aduuh... Doni udah nggak tahan lagii..... Aahh...Aahh..Aagghh...!!" Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Marni menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Marni juga kembali menegang & berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak berkecimpung ataupun mengatakan-celoteh untuk beberapa ketika sebab rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan asa kami selama beberapa waktu.


Aku & Tante Marni hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Marni.... Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Marni. Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup sang campuran lendir vagina Tante Marni & spermaku sendiri. Sementara itu dari celah vagina Tante Marni lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Marni. Aku yakin spermaku aneka macam yang masuk ke vaginanya sebab telah hampir 2 minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Marni memiringkan badannya & mengelus-elus penisku.

"Gila kamu Doni..... Belum-belum tante udah keluar 3 kali... Kayaknya tante nggak bakalan bertenaga nih jikalau mililiter sampai pagi...."

"Ah nggak apa-apa tante... Khan ada Dwi, dia dapat gantiin tante jika tante udah capek... Iya nggak," kami tertawa cekikikan melirik Dwi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.

"Iya Dwi, ayo engkau  ikutan sini dong... Bantuin aku ngerjain Doni... Aku nggak bakalan bertenaga bila sendiri," tutur Tante Marni ikut memanaskan suasana.




"Ah... Kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Marni..., tuh liat... Doni punya udah lemes... Kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dwi....," celoteh Dwi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.

"akan tetapi kalau punyaku dapat berdiri lagi Dwi mau ikutan nggak...?" pancingku.

"Boleh aja... Tapi buktiin dong jika Doni punya masih bisa berdiri lagi seperti tadi," tutur Dwi. Sepertinya Dwi sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.

"Ok... Aku akan buktikan jikalau sebentar lagi punyaku akan bangun & keras seperti tadi akan tetapi syaratnya wajib  Dwi yang bangunin yaa..." kataku tersenyum.

"Iya... Tapi dibersihin dulu dong... Dwi nggak mau bekas Teh Marni... He... He.. He..." Aku lalu bangkit ke kamar mandi buat membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan output persetubuhan dengan Tante Marni. Ketika keluar dari kamar mandi tampak Dwi sudah duduk pada tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Marni gantian duduk tanpa busana di kursi sembari menenggak sekaleng arak hitam & menghisap rokok.

"mari sini anak muda.... Kita buktikan apa kamu masih bisa bertempur lagi..." kata Dwi sambil tersenyum nakal. Sehabis mendapat alasan yang pas, Dwi yang sebelumnya tampak membuat malu-memalukan mulai menampakkan nafsu sex yang tak kalah dengan Tante Marni. Aku lalu membaringkan tubuhku pada tempat tidur.

Tanpa banyak basa-basi lagi Dwi pribadi mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas yang akan terjadi kelelahan selesainya bertempur hebat dengan Tante Marni. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dwi mulai menjilat-jilat batang penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan pengecap Dwi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menampakan pertanda kehidupan. Dwi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya ketua penisku & dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku pulang membesar dan mengeras, Dwi semakin bernafsu menghisap & menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.

"Nah, telah terbukti bisa bangun lagi khan... Kini   giliran Dwi memenuhi janji buat ikut bergabung... Gimana?" Dwi cuma tersenyum sembari dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring pada sisiku. Sebab semenjak awal aku telah tertarik dengan payudara Dwi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku pribadi meremas payudaranya dengan lembut & mempermainkan putingnya dengan lidahku. Dwi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Marni, meskipun sudah 3 tahun menikah Dwi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil & berwarna terperinci misalnya puting susu gadis perawan.

Selesainya puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dwi dan kemudian akhirnya hingga ke daerah "Segitiga Bermuda". Bulu kemaluan Dwi tidak selebat Tante Marni sehingga belahan vaginanya telah tampak kentara tanpa wajib  menyibakkan bulu-bulunya. Sesudah puas menjilati wilayah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Dwi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda & sangat cantik. Ingin cita rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya. Mungkin sebab belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang & tak menggelambir seperti punya Tante Marni. Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras, "Oohh........" langsung lidahku menjilati bibir vagina & klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Dwi berkecimpung maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Sesudah kurasa relatif, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar telah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dwi.

Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dwi pun sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Akan tetapi dia bukan Tante Marni yang secara ekspresif & terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas. Dwi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya & kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya. Kemudian dengan lembut akan tetapi absolut kugerakkan pinggulku ke depan sebagai akibatnya penisku masuk ke dalam vaginanya. Gila....Nih cewek... Vaginanya masih sempit sekali, sungguh misalnya seorang perawan. Untung saja Dwi telah relatif terangsang sebagai akibatnya penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Dwi tampak menggigit bibir bawahnya & tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin Dwi merasa kesakitan yang akan terjadi perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.

"Sakit sayang...?" tanyaku. Dwi menggeleng perlahan.

"enak sayang....?" kataku lagi. Dwi hanya mengangguk sembari tersenyum. Bertahap kupercepat gerakanku, vagina Dwi terasa makin basah & gerakan penisku terasa mulai lancar.

Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Marni, persetubuhan dengan Dwi terasa begitu lembut & mengagumkan. Kontras sekali bedanya, tetapi kedua-duanya sama-sama mempunyai kenikmatannya yang khas sehingga sulit buat mengungkapkan mana yang lebih enak. Kubelai rambut Dwi & kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang bagus ini. Sekali waktu aku melepaskan diri & meminta Dwi buat bergantian pada posisi atas. Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh tenaga, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama & penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang bagus. Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu bertenaga mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Dwi makin cepat & desahannya makin kuat dan  tak beraturan. Dwi mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri....

"Oohh... Mmhh....Mmhh... Uuhh.." tampaknya Dwi mulai dekat menuju orgasme.

"Ahh... Doni... Mmhh... Dwi di bawah aja ya... Dwi takut keluar duluan....."

"Nggak apa-apa sayang, keluarin aja...."

"Enggak ah... Dwi mau keluar barengan sama Doni...." Akhirnya Dwi balik  berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dwi dan pulang membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Pada posisi ini tampaknya Dwi lebih dapat mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami pulang bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya & pinggulku turun-naik sebagai akibatnya kedua tubuh kamipun mulai dibasahi oleh peluh.

Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku. Cita rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol. Gerakanku makin bertenaga & Dwi juga merasakannya sebagai akibatnya diapun mulai agak mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya & mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dwi. Cita rasanya tidak lama lagi kami berdua akan hingga ke puncak kenikmatan....

"Dwi... Aku udah mau keluar sayaang.... Mmh.... Sshh... Sshh... Mmhh..." aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar dapat bertahan sedikit lagi.

"Dwi pula mau keluar sayang... Adduhh... Penis engkau  tambah besar... Dwi nggak tahan lagi... Mmhh... Aaah......Mmhh..." Gerakan kami berdua makin cepat & makin ganas, akhirnya....

"Aahh.... Donii..... Mmhh.... Aahh.... Dwi nggak tahan lagi sayang... Aahh... Aahh...!"

"Dwiii.... Aduuh..... Donii keluaar............ Aahh...!" Tubuh kami menggelinjang & bergetar hebat dalam sebuah orgasme bareng yang bagus, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku balik  mencumbu Dwi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan. "Wow... Keren.... Hebat...." tiba-tiba kudengar Tante Marni bertepuk tangan memberi "applaus" buat persetubuhan kami yang relatif lama dan menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah buat berkomentar.

Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dwi saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dwi tergolek kelelahan disampingku, beliau hanya sementara waktu menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Marni lalu pulang memejamkan matanya. Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dwi meskipun tidak sebanyak Tante Marni. Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tidak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat haus & lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti buat mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis sang dua wanita bersuami ini.

"Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya... Melihat kalian mililiter tante jadi kepengen lagi lho.... Doni masih kuat khan...?"

"Ok tante,.... Doni masih bertenaga kok... Liat nih... Sebentar pula bangun lagi..." kataku menanggapi tantangan Tante Marni. Kutunjukkan dalam Tante Marni penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante Marni merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dwi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Dwi, Tante Marni langsung mengulum dan mengkocok-aduk rata penisku hingga perlahan-lahan balik  mengeras dengan tepat.

Begitu melihat penisku pulang berdiri tepat langsung Tante Marni mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Misalnya sebelumnya, dengan ganas Tante Marni menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Dwi yang terbaring disampingku kemudian membuka mata & menggeleng-gelengkan ketua melihat kelakuan kami,

"Ah.. Keterlaluan deh Teh Marni ini, si Doni belum sempat istirahat udah diembat lagi.... Nggak kasian sama anak orang..." Tante Marni cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama kemudian Tante Marni melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku buat berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.

"Doni... Tante kepengen engkau  masukin dari belakang ya...?" Tante Marni lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dwi sembari tangannya meraba-raba payudara Dwi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya. Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Marni yang sudah merah merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Marni dalam mulanya Dwi tampak risih, mungkin beliau belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan beliau membiarkan Tante Marni melakukan aksinya bahkan sepertinya Dwi mulai menikmati ulah tangan & lidah Tante Marni.

Aku jua tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Marni tanganku mulai meraba vagina Dwi sehingga membuatnya makin terangsang. Kemudian Dwi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Marni mulai berkiprah tak teratur & desahannya makin keras.

"Aaah... Mmhh... Mmhh.... Mmhh...." Aku memahami sebentar lagi Tante Marni akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Marni pun makin tak terkontrol.

"Donii.... Aahh.... Tusuk yang kuat sayaang.... Iya... Yang kuat sayang... Teruss... Teruss... Tusuk yang dalam.... Tusuk hingga ujung sayang... Aahh... Tantee keluar lagii......... Aaghh..." Tante Marni mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sebagai akibatnya penisku masuk makin dalam. Kutarik paha Tante Marni ke arahku dengan maksud supaya beliau makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah beberapa waktu akhirnya Tante Marni terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dwi pribadi mengerti apa yang wajib  dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Marni dengan menungging di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dwi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Dwi pun mendesah menahan nikmat waktu penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.

Sementara penisku pada dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang mengagumkan. Dwi tampak sangat menikmatinya sebagai akibatnya pinggulnya mulai berkiprah-gerak. Sesudah beberapa menit berlalu, Dwi tampak mulai kelelahan dengan posisi "doggy-style". Dwi memintaku buat melepaskan penis dan diapun pulang menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku pulang. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dwi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dwi sendiri sekarang telah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terperinci-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas & mendesah-desah dengan kuat. Cita rasanya Dwi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Marni.

Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dwi yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol & hampir mencapai orgasme. Akan tetapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dwi pula dapat merasakannya padahal ketika itu kurasakan kondisi Dwi masih stabil & belum mendekati orgasme. Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku buat menghambat datangnya orgasme. Akan tetapi cita rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dwi yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat. Akhirnya kuputuskan buat meremas buah dada & mempermainkan klitorisnya supaya Dwi jua cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dwi menjadi makin bertenaga dan mulai tidak beraturan, desahan & lenguhannya jua semakin keras. Aku memahami Dwi juga sudah kehilangan kontrol & mulai mendekati puncak orgasme.... "Dwi telah mau keluar ya.......?" tanyaku.

"Hhmm... Iya sayang... Adduhh... Sementara waktu lagi Dwi keluar.... Barengan ya sayang....Sepertinya penis Doni pula udah makin besar... Mmhh... Enak banget..... Vagina Dwi terasa penuh.... Mmhh.... Aahh..... Fuck me honey....Fuck me hard... Aahh.... Aahh...." Begitu kurasakan Dwi hampir mencapai orgasme pribadi kupercepat gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris & buah dadanya sembari mencari posisi yang nyaman buat melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. & akhirnya...

"Dwi.... Aku nggak tahan lagi... Keluarin bareng kini   yukk......"

"Iya sayang.... Dwi juga.... Aahh... Adduhh.... Tusuk yang kuat sayang... Fuck me...... Yess... Aahh...Uuhh... Dwi keluar lagi....Aahh...... Aagh...!!"

"Oohh.... Dwi.... Mmhh Doni pula keluaarr...... Aagh...!" Akhirnya kami balik  orgasme bersamaan.

Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tak memahami apakah aku masih bisa kalau Tante Marni minta lagi. Tapi kulihat Tante Marni juga sudah kelelahan sesudah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja. Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana & hanya ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Akan tetapi aku merasakan terdapat sesuatu yang aneh. Ah... Ternyata Tante Marni telah bangun lebih dulu dan beliau sedang asyik mengulum penisku. "Aduh... Tante... Pagi-pagi udah sarapan pisang..." kataku sembari tertawa.

"Hmm.. Sorry ya Don,... Tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu. Tante eksklusif ngebayangin kayaknya enak banget bila subuh-subuh gini mililiter lagi dengan Doni... Nggak apa-apa khan...?" Kulihat penisku telah berdiri tegak akibat ulah Tante Marni. Tampaknya Tante Marni telah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya memberitahuakn dirinya sedang berada pada puncak birahinya.

Sementara itu Dwi tampak masih tergeletak pulas disampingku.

"Doni sayang... Tante pengen ngerasain penis engkau  lagi yaa.... Soalnya sebentar lagi khan kita pisah... Jadi sekarang tante pengen mililiter lagi dengan Doni... Mau khan...?"

"Masukin aja tante... Doni jua suka mililiter dengan tante....Pokoknya hari ini Doni mau ml sampai kita bener-bener udah nggak bertenaga lagi.... Tante mau khan?"

"Hm.... Dengan senang hati sayang..... Ssttt... Jangan keras-keras nanti si Dwi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara mililiter dengan engkau ." Ah... Kali ini aku akan membagikan sesuatu yang lain buat Tante Marni. Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tak terlau sulit sebab sepertinya Tante Marni tipe wanita yang sangat sensitif & mudah mengalami orgasme. Lagi juga sebab semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin dapat bertahan lebih lama lagi kini  . Kubiarkan Tante Marni menaiki diriku & memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Seperti biasa beliau mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku buat menandingi gerakannya sebagai akibatnya membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak hingga lima mnt Tante Marni mulai kehilangan kontrol & melenguh bertenaga, ia mengalami orgasmenya yang kelima. "Aahh... Doni.... Tante keluar.... Mmhh... Adduuhh... Aahh... Aahh.. Aaghh...!!"

Aku tidak memberi Tante Marni kesempatan beristirahat. Selesainya tubuhnya melemas aku eksklusif membaringkan Tante Marni dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat & cepat. Benar saja, Tante Marni tampak kaget & tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tak hingga 3 mnt kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.

"Adduhh... Doni... Tante jadi pengen keluar lagi.... Aahh... Aahh... Aahh..." Kurasakan badan Tante Marni mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam. Sementara itu penisku masih keras & besar pada dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku pulang menggerak-gerakkan penisku dengan kuat & ganas.

Tante Marni yang belum sempat istirahat buat memulihkan tenaganya, balik  tergetar oleh rangsangan orgasme yang ke 7.

"Donni..... Engkau  nakal.... Nanti tante bisa keluar lagi... Aduuhh... Mhh... Aahh... Mmhh.... Doni..... Tante mau keluar lagii..... Aduuhh... Aahh..... Dorong yang keras sayang... Iya... Tusuk yang dalam sayang... Iya gitu... Terus... Terus.... Jangan berhenti... Aahh... Aahh... Lezat   sekali sayang... Mmhh... Tante keluar lagiii... Aahh" balik  aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sebagai akibatnya penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.

Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Marni berulang-ulang dengan cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Marni bergetar hebat buat mengalami orgasmenya yang ke delapan.

"Aahh... Donnii.... Uughh.... Masukin yang dalam sayang.... Masukin hingga ujung.... Aahh.... Enak banget..... Aaahh... Gimana nih.... Tante dapat keluar lagi.... Mmhh.... Aahh... Aduuhh... Tante keluar lagi sayang... Aahh.. Aahh....." kali ini tubuhnya menggelinjang relatif lama, pinggulnya berkedut-kedut tak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat & giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa.... Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku.

Kali ini tante Marni sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku buat berhenti.

"Udah dong sayang... Tante capek banget.... Vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong... Sakit... Udah sayang... Tante istirahat dulu... Sementara waktu aja... Nanti kita lanjutin lagi... Kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang..." katanya sambil mencoba menahanku. Akan tetapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat supaya Tante Marni tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri kini  mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Marni. Sesudah beberapa saat sepertinya Tante Marni mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah sebagai rasa nikmat pulang, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku. Kini   aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Marni yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak pada kasur & kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Marni menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi & gerakan pinggulnya mengganas balik.

tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan... "Ahh...Oohh...Doni....Kamu pinter banget sih... Aahh... Anak nakal.... Tusuk tante yang kuat sayang... Aahh ... Aahh... Tante keluar lagi.... Aahh..... Aahh aahh..!," teriakannya kali begitu keras & panjang sehingga Dwi yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun jua. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Marni sembari menunggunya pulang siap.

"Udah sayang... Tante udah capek... Tante nggak bertenaga lagi sayang.... Udah ya sayang... Vagina tante udah kebas...... Please... Tante udah nggak sanggup lagi......"

"Hmm... Doni masih pengen terus tante... Soalnya sementara waktu lagi kita pisah... Doni mau menikmati tubuh Tante Marni hari ini sampai sepuas-puasnya..." kataku sembari memulai lagi tusukan penisku.

"ayo dong sayang..... Udah dulu... Kapan-kapan kita khan dapat ketemu lagi.... Tante janji deh.... Akan tetapi sekarang udah dulu tante capek banget... Tenaga tante udah abis...."

"Yang ini terakhir tante... Doni juga udah mau keluar kok... Boleh yaa..." kataku sambil mengecup bibirnya.

Tante Marni terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Marni. Sepertinya Tante Marni juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah buat orgasmenya yang kesepuluh.

"Ahh... Doni.... Keluarin punya engkau  kini   sayaang... Tusuk tante yang bertenaga... Tante jua udah mau keluar kini  ....... Aaaahhh..!!" "mari tante kita barengan... Ini yang terakhir.... Aahh Doni keluarr... Aaggh...!"

"Aahh...... Mmhh... Tante juga keluar lagii..... Adduhh maakk...Enak bangeett...... Aaghh...!" Akhirnya kali itu persetubuhan kami sungguh terhenti & kamipun berpelukan lemas. Kukecup bibir Tante Marni & perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Marni telah sangat merah dan Tante Marni sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Marni, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.

Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan sang bunyi Dwi,

"Hey... Kalian mililiter kok nggak ngajak-ngajak Dwi sih... Emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa...."

"sudah berapa lama sih kalian main... Kok kayaknya seru banget... Marni hingga basah penuh keringat gitu...," lanjut Dwi lagi. Tante Marni hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa beliau mengalami 6 kali orgasme pagi itu.

"Enam kali...?? Ah gila pula... Bener-bener teteh maniak ml..... Dwi baru tau...." tutur Dwi melotot memandangi Tante Marni seolah tidak percaya.

"Swear... Enggak jua Wi.... Aku baru kali ini kok mililiter segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Doni apa gue...." celoteh Tante Marni membela diri sembari masih terengah-engah kelelahan.

"Dwi juga pengen dong sayang.... Nggak usah enam kali kayak Teh Marni tapi Dwi pengen ml lagi pagi ini sebelum kita pisah... Ya sayang..... Please... Aku pengen dapet kenang-kenangan yang  dari kamu. Ok, honey....." tapi sepertinya Dwi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.

"jikalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak kasus kok..... Dari tadi aku liat Teh Marni mililiter dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dwi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please honey... Jilatin punyaku seperti kemarin malam.... Dwi suka kok... Jilatin terus hingga Dwi puas... Pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa...... Please honey... Eat my pussy.... Please..." Dwi yang beberapa jam sebelumnya masih membuat malu-malu dan pura-pura tak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sebagai akibatnya lubang vaginanya yang mungil tampak kentara.

Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku. Aku ingin membentuk Dwi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat misalnya Tante Marni. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Dwi pada atas ranjang & pantatnya kualasi dengan dua buah bantal agar lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan gampang.

"Nah... Gitu sayang... Jilatin vagina Dwi... Hmmh... Lezat   banget.... Dwi belum pernah orgasme pakai berkaitan dengan mulut... Kini   Dwi pengen ngerasain... Ayoo sayang... Bikin aku terbang melayang ke bulan.... C'mon honey... Lick my pussy.... Mmhh... Yesss... I like it... Yess... Make me cum honey..." Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dwi dengan bibir & lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.

Tampaknya Dwi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Selesainya beberapa mnt akhirnya kuputuskan buat meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan bertenaga & menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dwi mulai bergetar tidak beraturan. Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya. Ini membuat Dwi sebagai makin tidak bisa mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga.

"Mmhh Doni... Adduhh... Dwi nggak tahan lagi adduuhh... Terus isep yang kuat... C'mon honey.... Mmhh... Yess.... I'm cumming.... I'm cumming...... Aduh lezat   bangeett.... Aahh... Oohh.... Oohh...!!" tubuh Dwi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang hingga akhirnya sehabis hampir semenit berlalu tubuh Dwi yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dwi merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Marni. Dwi masih tergolek lemas pada tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan relatif waktu beristirahat.

Dwi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget sebab aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut hasil orgasmenya yang terakhir.

"Aduhh... Doni sayang... Kamu ganas banget sih.... Dwi masih capek nih.... Istirahat dulu yaa.... Please honey..." Aku tersenyum dan menggelengkan ketua perlahan sembari terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dwi mulai terangsang pula, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Sehabis beberapa mnt berlalu akhirnya pertahanan Dwi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.

"Donni..... Mmhh... Gimana nih... Dwi dapat keluar lagi sayang....... Aduhh... Aahh... Keluar lagi deh... Aahh..... Mmhh.... Aahh...!" kedua tangan Dwi mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam pada vagina Dwi & membiarkan dia menikmati orgasmenya. Begitu cengkeraman Dwi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Dwi tampaknya kaget setengah mati & sungguh tidak siap mendapat serangan beruntun ini.

"Doni... Udah dulu dong sayaang... Dwi masih capek..... Dwi lemes banget sayang.... Please.... Gimme a break, honey...." tapi sama seperti dengan Tante Marni sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat... Hingga akhirnya Dwi mulai terangsang lagi buat yang kesekian kalinya & kembali ikut berkecimpung aktif.

"Doni... Gantian ya... Dwi pengen pada atas...." Aku kemudian merebahkan diriku dan membiarikan Dwi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Dwi sungguh telah belajar banyak dari Tante Marni, gerakannya mulai ganas & liar. Desahan-desahan kenikmatannya sungguh membangkitkan nafsu. Akhirnya Dwi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya & desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.

"Donii.... Aahh... Dwi udah nggak tahan...Uuhh... Mmhh .....Dwi keluar lagi.... Mmhh... Yess.... I"m cumming... Aahh... Aahh......!!" Akhirnya pinggul Dwi menghujam keras ke bawah membentuk penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dwi pun terkulai lemas di atas tubuhku.


Kelihatan Dwi sudah begitu lemas sehabis orgasmenya yang kelima, akan tetapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Dwi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya & kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya. "Aduh... Jangan sayang... Uuh... Sakit sayang... Vagina Dwi udah mulai ngilu.... Berhenti dulu yaaa... Istirahat sebentar aja... Nanti boleh lagi...." Dwi mencoba menolakku, akan tetapi tubuhnya yang telah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dwi, kebalikannya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati agar penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif. Bila Dwi terlihat kesakitan aku berhenti sementara waktu, sesudah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sekali waktu kucumbu bibirnya, kemudian kujilati leher dan telinganya supaya nafsunya bangkit pulang sebagai akibatnya akhirnya perlahan akan tetapi pasti libido Dwi mulai naik balik .

Beliau mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat & dari mulutnya yang kecil kembali keluar desahan-desahannya yang spesial   & sexy. Beberapa waktu kemudian tampaknya Dwi benar-benar telah pulih, rasa sakitnya telah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sebagai akibatnya akupun harus mempercepat tusukan penisku buat mengimbanginya. Aku merasakan Dwi sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu jua aku.

"Doni sayang... Dwi mau keluar lagi..... Adduhh... Adduhh... Lezat   banget... Mmhh... C'mon honey... Fuck me harder.... Yess.... Aahh... Masukin yang dalam sayang... Adduuh... Mmhh.... Adduhh... Dwi keluar lagii.... Mhh... Aahh... I'm cumming.... Aahh!"

"mari Dwi.... Kita barengan yaa sayang....... Mmhh... Aahh...!!" Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dwi, sementara tubuh Dwi menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.
Newer Post
Previous
This is the last post.

0 comments:

Post a Comment